Jumat, Desember 2

Telah Terbit

Bawin Dayak :
         Kedudukan, Fungsi dan Peran Perempuan Dayak


Perpustakaan Nasional RI: Katalog DalamTerbitan (KDT)
Riwut, Nila
Bawin Dayak
Kedudukan, Fungsi,Dan Peran Perempuan Dayak
Yogyakarta, Penerbit Galangpress
Cet. I 2011; 120 x 180 mm; 144 hlm
ISBN: 978-602-8174-55-8
I. Budaya
II. Judul III. Intan, Nurjannah

Dari Meja Redaksi

Ada dua hal yang mengakar kuat dalam ingatan
kami ketika menerima naskah ini. Pertama, betapa
ke hormatan perempuan Dayak dipagari dengan sebegitu
kuatnya. Kedua, bahwa suku Dayak adalah anak
kandung dari alam yang membesarkannya.
Mari terlebih dahulu bicara tentang kehormatan
perempuan Dayak.

Dalam adat istiadatnya, suku Dayak
memiliki berbagai aturan dan memberikan singer
(denda) bagi orang yang melanggarnya. Suku Dayak
memiliki ratusan peraturan untuk memagari ke hormatan
perempuan. Tidak seorang pun, bisa de ngan
mudah berlaku tak sopan terhadap perempuan Dayak.
Singer ini tidak hanya berlaku bagi kaum laki-laki saja,
tetapi juga berlaku untuk perempuan Dayak yang
melanggarnya.
Kebaikan dan tata tradisi yang dimiliki oleh suku
Dayak kerap disalahartikan oleh masyarakat luar. Misalnya
saja kebiasaan perempuan Dayak untuk menemani
tamu yang datang berkunjung. Penghormatan tersebut
dilakukan agar perempuan Dayak bisa mencukupi
kebutuhan si tamu, sehingga tamu pun merasa betah
dan nyaman. Tradisi ini merupakan nilai luhur bahwa
suku Dayak sangat mengagungkan tamu. Namun oleh
masyarakat luar, kata “melayani” ini kerap bergeser
menjadi negatif.
Belakangan, tersiar kabar yang kurang me ngenakkan
mengenai suku Dayak. Salah seorang tokoh
pendidikan mengeluarkan statement mengenai kebi
asaan masyarakat Dayak yang kerap berhubungan
badan tanpa ada ikatan pernikahan. Pernyataan tersebut
mengingatkan kami pada salah satu bagian
tulisan Nila Riwut dalam buku ini.
Dari pengalaman saya ketika harus menjadi
pem bicara dalam beberapa seminar yang bertema
Dayak, pertanyaan yang kerapkali dilontarkan oleh
peserta seminar adalah, “Benarkah perempuan Dayak,
dengan maksud untuk menghormati tamu yang datang
berkunjung ke perkampungan mereka, leluasa
tidur bersama para tamu yang datang ke sana?” Saya
bersyukur, mereka bertanya. Tidak seenaknya main
tuduh atau menuduh manis dalam hati. Biasanya untuk
menjawab pertanyaan tersebut, saya sudah tanpa emosi
lagi karena sudah kebal. Pertanyaan tersebut adalah
pertanyaan yang paling populer ditanyakan oleh orang
yang berbeda. Jawaban saya, “Hal tersebut tidak benar.”
Lalu dengan sabar saya berusaha menceritakan situasi
kampung Dayak di masa lalu…
Memang, untuk menyikapi ketidaktahuan di perlukan
sikap tenang dan arif untuk meluruskan. Dan Nila
telah memulainya. Dengan telaten, Nila mengumpulkan
materi-materi dalam tradisi lisan suku Dayak dan merangkumnya
dalam sebuah tulisan. Hadirnya buku ini
pun, turut mengamini proses pelurusan itu. Selain juga
untuk menyebarluaskan ribuan nilai yang dimiliki oleh
kearifan lokal suku Dayak.
Nila Riwut, dalam tulisan-tulisannya, telah turut
memperjuangkan dan meluruskan persepsi negatif mengenai
perempuan Dayak. Tulisannya sarat informasi,
penuh makna, dan tenang dalam pemaparan. Buku ini
mengajak kita untuk menyelami kehidupan dan adat
istiadat Dayak serta bagaimana peran sekaligus posisi
perempuan di dalamnya.

Selamat Membaca.
Penerbit

2 komentar:

tri_indrahastuti mengatakan...

bagaimana saya bisa mendapatkan buku dawin dayak ini?
dtunggu infonya segera

Nila Riwut mengatakan...

Silahkan kontak : Danti
Hp : 085729955826
Email :
b.danti@gmail.com
Terima Kasih